Museum
Perjuangan Bogor
Beberapa minggu yang lalu saya berkunjung
ke Museum Perjuangan yang terletak di Kota Bogor. Tujuan kunjungan saya kesana
adalah ingin menyelesaikan laporan makalah Ilmu Sosial Dasar dan ingin
mengetahui juga tentang peninggalan-peninggalan bersejarah bangsa Indonesia
tempo dulu.
SEJARAH SINGKAT
Museum Perjuangan Bogor sudah ada sejak
jaman penjajahan Belanda. Tetapi karena pengurus Yayasan Museum Perjuangan
Bogor sudah banyak yang meninggal serta tidak aktif karena mutasi keluar Bogor,
maka atas prakarsa Bapak Kolonel Oyik Soeroto pada tanggal 26 Agusrus 1981
dibentuklah kepengurusan Yayasan Museum Perjuangan Bogor yang baru. Di bawah
kepemimpinan yayasan yang baru pada 10 November 1983 Museum Perjuangan Bogor
direnovasi. Dan kemudian museum diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal
15 Agustus 1958.
Museum ini tentu memiliki sejarah yang
sangat unik. Gedung museum yang dulu terletak dan dikenal dengan nama Tjikemeuh
Weg No.28 ini dulu dipergunakan untuk warehouse yaitu gudang
perusahaan ekspor komodite pertanian ke Eropa oleh pemiliknya, seorang
pengusaha Belanda bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Pada tahun 1935 gedung ini
juga sudah dipakai untuk Pergerakan Nasional menentang pemerintahan Kolonial
Belanda oleh PARINDRA dan juga dipakai untuk kegiatan pemuda dibawah
panji-panji kepanduan Indonesia yaitu Pandu Suryawirawan.
Di tahun 1942 saat jaman penjajahan Jepang
gedung ini dipakai oleh tentara Jepang untuk menyimpan barang-barang milik
Interniran Belanda. Setelah kemerdekaan di tahun 1945 gedung museum dipakai
untuk menyambut dan mempetahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan oleh
Soekarno-Hatta. Setelahnya gedung ini dipakai untuk kegiatan mass media “GELORA
RAKYAT” dan lantai atas digunakan oleh Dewan Pertahanan Daerah Keresidenan
Bogor. Yang menarik juga adalah gedung ini juga sempat digunakan Radio RRI
Perjuangan Keresidenan Bogor.
Pada tahun 1946 tepatnya pada tanggal 13
Februari karena sudah tidak tahan lagi dengan tekanan-tekanan pasukan tentara
NICA dan antek-anteknya gedung museum pun dikosongkan. Walaupun demikian dari
tahun 1948 sampai 1958 gedung ini masih dipergunakan, salah satu diantaranya
yaitu digunakan ileh GAPSI cabang Bogor. Pada tanggal 20 Mei 1958 gedung ini
pun resmu dihibahkan oleh pemiliknya yang terakhir kepada Yayasan Museum
Perjuangan Bogor.
KOLEKSI MUSEUM PERJUANGAN BOGOR
Tampak dari depan museum terpampang tulisan
MUSEUM PERJUANGAN BOGOR. Lalu jika kita masuk ke dalam museum tepat disebelah
depan terdapat sketsel yang isinya sebelah kiri bintang segi lima dikelilingi
pada dan kapas, serta dibawahnya bertulisan CARYA DHARMA. Diceritakan oleh
pemandu museum bahwa yang berhak memakai bintang tersebut adalah bapak-bapak
anggota LVRI (Legiun Veteran Republk Indonesia) yang telah mendapat gelar PKRI
(Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia). Sedangkan di sebelah kanan terdapat
Garuda Pancasila yang diapit bambu runcing serta dikelilingi padi dan kapas
dibawahnya bertuliskan ‘ Angkatan ’45 ’. Bapak-bapak yang berhak memakai tanda
ini adalah mereka yang tidak terlibat dengan senjata seperti politikus,
karyawan, guru, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.
Di museum ini juga terdapat Teks Proklamasi
serta Bendera Merah-Putih. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemandu
museum, bendera tersebut merupakan bendera asli yang digunakan saat upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan bukan buatan atau replikanya.
Lalu, di bagian museum di sebelah kanan
dalam terdapat patung Kapten Tubagus Muslihat yang merupakan icon dari
kota Bogor. Selanjutnya di vitrine pertama dalam museum terdapat bermacam-macam
senjata yang semuanya merupakan hasil merampas, mencuri, dan buatan kita
sendiri. Salah satu senjata yang ada di Museum Perjuangan Bogor adalah senjata
mortil kecil yang diberi nama baby mortil atau disebut tokidanto oleh
tentara Jepang.
Di lantai atas museum terdapat diorama
peristiwa Perang Bojongkokosan, dimana dalam perang tersebut Kapten Tubagus
Muslihat gugur. Selain itu ada juga kursi yang dulu digunakan oleh Belanda
untuk menyiksa para tahanannya. Koleksi menarik di lantai ini adalah
pakaian-pakaian asli yang digunakan pada saat itu. Di Museum Perjuangan Bogor
terdapat koleksi pakaian yang dipakai saat perang, salah satunya adalah pakaian
yang dipakai oleh Kapten Tubagus Muslihat saat beliau gugur dalam Perang
Bojongkokosan. Selain itu ada juga pakaian yang bekas digunakan oleh anggota
medis. Pakaian-pakaian ini tentu menyisakan noda bekas darah pemakainya.
Hal tersebut dimaksudkan agar
gambaran diorama sesuai dengan apa yang terjadi dan para pengunjung museum bisa
melihat gambaran keadaan seperti yang benar-benar terjadi pada peristiwanya.
Setelah melihat seluruh koleksi Museum Perjuangan Bogor
saya pun pulang dengan membawa pengalaman serta ilmu yang baru untuk saya.
Berikut foto yang saya ambil di Museum Perjuangan Bogor.