Kamis, 13 Desember 2012

Tugas Ilmu Sosial Dasar


 Museum Perjuangan Bogor

Beberapa minggu yang lalu saya berkunjung ke Museum Perjuangan yang terletak di Kota Bogor. Tujuan kunjungan saya kesana adalah ingin menyelesaikan laporan makalah Ilmu Sosial Dasar dan ingin mengetahui juga tentang peninggalan-peninggalan bersejarah bangsa Indonesia tempo dulu.









SEJARAH SINGKAT
Museum Perjuangan Bogor sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Tetapi karena pengurus Yayasan Museum Perjuangan Bogor sudah banyak yang meninggal serta tidak aktif karena mutasi keluar Bogor, maka atas prakarsa Bapak Kolonel Oyik Soeroto pada tanggal 26 Agusrus 1981 dibentuklah kepengurusan Yayasan Museum Perjuangan Bogor yang baru. Di bawah kepemimpinan yayasan yang baru pada 10 November 1983 Museum Perjuangan Bogor direnovasi. Dan kemudian museum diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 15 Agustus 1958.

Museum ini tentu memiliki sejarah yang sangat unik. Gedung museum yang dulu terletak dan dikenal dengan nama Tjikemeuh Weg No.28 ini dulu dipergunakan untuk warehouse yaitu gudang perusahaan ekspor komodite pertanian ke Eropa oleh pemiliknya, seorang pengusaha Belanda bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Pada tahun 1935 gedung ini juga sudah dipakai untuk Pergerakan Nasional menentang pemerintahan Kolonial Belanda oleh PARINDRA dan juga dipakai untuk kegiatan pemuda dibawah panji-panji kepanduan Indonesia yaitu Pandu Suryawirawan. 

Di tahun 1942 saat jaman penjajahan Jepang gedung ini dipakai oleh tentara Jepang untuk menyimpan barang-barang milik Interniran Belanda. Setelah kemerdekaan di tahun 1945 gedung museum dipakai untuk menyambut dan mempetahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Setelahnya gedung ini dipakai untuk kegiatan mass media “GELORA RAKYAT” dan lantai atas digunakan oleh Dewan Pertahanan Daerah Keresidenan Bogor. Yang menarik juga adalah gedung ini juga sempat digunakan Radio RRI Perjuangan Keresidenan Bogor. 

Pada tahun 1946 tepatnya pada tanggal 13 Februari karena sudah tidak tahan lagi dengan tekanan-tekanan pasukan tentara NICA dan antek-anteknya gedung museum pun dikosongkan. Walaupun demikian dari tahun 1948 sampai 1958 gedung ini masih dipergunakan, salah satu diantaranya yaitu digunakan ileh GAPSI cabang Bogor. Pada tanggal 20 Mei 1958 gedung ini pun resmu dihibahkan oleh pemiliknya yang terakhir kepada Yayasan Museum Perjuangan Bogor.


KOLEKSI MUSEUM PERJUANGAN BOGOR
Tampak dari depan museum terpampang tulisan MUSEUM PERJUANGAN BOGOR. Lalu jika kita masuk ke dalam museum tepat disebelah depan terdapat sketsel yang isinya sebelah kiri bintang segi lima dikelilingi pada dan kapas, serta dibawahnya bertulisan CARYA DHARMA. Diceritakan oleh pemandu museum bahwa yang berhak memakai bintang tersebut adalah bapak-bapak anggota LVRI (Legiun Veteran Republk Indonesia) yang telah mendapat gelar PKRI (Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia). Sedangkan di sebelah kanan terdapat Garuda Pancasila yang diapit bambu runcing serta dikelilingi padi dan kapas dibawahnya bertuliskan ‘ Angkatan ’45 ’. Bapak-bapak yang berhak memakai tanda ini adalah mereka yang tidak terlibat dengan senjata seperti politikus, karyawan, guru, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya.

Di museum ini juga terdapat Teks Proklamasi serta Bendera Merah-Putih. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh pemandu museum, bendera tersebut merupakan bendera asli yang digunakan saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan bukan buatan atau replikanya.

Lalu, di bagian museum di sebelah kanan dalam terdapat patung Kapten Tubagus Muslihat yang merupakan icon dari kota Bogor. Selanjutnya di vitrine pertama dalam museum terdapat bermacam-macam senjata yang semuanya merupakan hasil merampas, mencuri, dan buatan kita sendiri. Salah satu senjata yang ada di Museum Perjuangan Bogor adalah senjata mortil kecil yang diberi nama baby mortil atau disebut tokidanto oleh tentara Jepang.

Di lantai atas museum terdapat diorama peristiwa Perang Bojongkokosan, dimana dalam perang tersebut Kapten Tubagus Muslihat gugur. Selain itu ada juga kursi yang dulu digunakan oleh Belanda untuk menyiksa para tahanannya. Koleksi menarik di lantai ini adalah pakaian-pakaian asli yang digunakan pada saat itu. Di Museum Perjuangan Bogor terdapat koleksi pakaian yang dipakai saat perang, salah satunya adalah pakaian yang dipakai oleh Kapten Tubagus Muslihat saat beliau gugur dalam Perang Bojongkokosan. Selain itu ada juga pakaian yang bekas digunakan oleh anggota medis. Pakaian-pakaian ini tentu menyisakan noda bekas darah pemakainya.

 Hal tersebut dimaksudkan agar gambaran diorama sesuai dengan apa yang terjadi dan para pengunjung museum bisa melihat gambaran keadaan seperti yang benar-benar terjadi pada peristiwanya.
Setelah melihat seluruh koleksi Museum Perjuangan Bogor saya pun pulang dengan membawa pengalaman serta ilmu yang baru untuk saya.
Berikut foto yang saya ambil di Museum Perjuangan Bogor.